Intervensi BI Ampuh Kuatkan Rupiah

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah bergerak menguat hingga 0,28 persen terhadap dolar AS pada saat penutupan pasar spot, Kamis (3/1). Intervensi dalam jumlah kecil dari Bank Indonesia, berhasil mengangkat kurs mata uang garuda, ke level Rp 14.405, lebih baik dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Pada Kamis (3/1) pukul 15.00 WIB, 1 dolar AS dibanderol Rp 14.430. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

 

"BI intervensi di pasar DNDF untuk memperkuat rupiah," ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia pada hari Kamis (3/1). Saat penutupan, nilai tukar 1 dolar AS dibanderol Rp 14.405. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

 

Menurut Nanang Hendarsah, Bank Indonesia berhasil membuat rupiah menguat setelah hampir sepanjang hari perdagangan melemah. “Strategi kami adalah membuka lelang DNDF [Pasar Domestic Non-Delivery Forward] pagi pukul 08.30 WIB dengan kurs Fixed Rate, dan setelah selesai lelang dilanjutkan intervensi DNDF melalui 8 broker dalam jumlah signifikan. Intervensi di pasar spot hanya dalam jumlah kecil untuk signaling yang dilakukan dalam timing yang pas," ungkap Nanang.

 

DNDF merupakan instrumen lindung nilai Domestic Non-Delivery Forward. "BI menempatkan penawaran DNDF di 8 broker," kata Nanang. Melihat pernyataan Nanang, intervensi di pasar spot hanya dalam jumlah kecil. Nanang bercerita, pelemahan rupiah dipengaruhi beberapa faktor. " melemahnya mata uang regional dipicu oleh kekhawatiran terhadap melemahnya ekonomi global, rupiah di awal perdagangan ikut tertekan. Bank Indonesia mengambil langkah stabilisasi untuk memastikan pelemahan yang tidak tajam. Bahkan rupiah berbalik menguat di siang hari," kata Nanang.

 

"Incoming bid pada lelang DNDF pukul 08.30 WIB tadi mencapai US$ 174 juta," kata Nanang. Pada perdagangan pagi, pukul 09.35 WIB, pergerakan nilai tukar rupiah terpantau sempat melemah 0,26% di hadapan dolar AS. Pelemahan tersebut membawa rupiah ke level Rp 14.488 per dolar AS. Tak hanya terhadap dolar AS, rupiah juga melemah di hadapan euro dan mata uang utama Asia.

 

Terhadap euro, rupiah melemah 0,31%. Sementara itu, di hadapan mata uang utama Asia seperti yuan China (-0,14%), dolar Hongkong (-0,16%), yen Jepang (-1,84%), dan dolar Singapura (-0,25%), rupiah juga terpantau melemah.

 

Mata uang yen Jepang adalah mata uang dengan penguatan paling besar terhadap rupiah. Pasalnya, kini yen tengah menjadi primadona bagi para investor. FX Strategist at Credit Agricole, Eric Viloria, menyatakan saat ini investor lebih memilih yen sebagai safe haven daripada dolar AS dan euro.

 

"Yen sebagai safe haven juga mendapat dukungan dari berlanjutnya kekhawatiran tentang perpanjangan penutupan pemerintahan Amerika Serikat," kata Eric Viloria seperti yang dikutip dari Reuters.

 

Kepercayaan investor untuk berlindung di bawah payung yen bahkan membuat dolar AS tertekan lebih dari 1% di hadapan yen Jepang. Data perdagangan RTI mencatat, dolar AS melemah 1,65% di hadapan yen Jepang dan disusul melemah 0,04% di hadapan dolar Singapura.

Editor: Catur Waskito Edy