Kunjungan Wisatawan ke Jateng Tak Hanya ke Tempat Wisata, Disporapar Fokus Sport Tourism pada 2024

SEMARANG, beritajateng.tv – Sport tourism alias pariwisata olahraga kini tengah menjadi daya pikat dan hal yang menjadi fokus Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah pada tahun 2024.

Kepala Disporapar Jateng, Agung Hariyadi, menyebut program gagasan Disporapar Jateng ini sebanyak 50 persennya akan dialokasikan untuk promosi.

Pihaknya akan melakukan branding Jawa Tengah sebagai tujuan sport tourism di Indonesia. Saat ini, Hariyadi mengungkap, wisatawan berkunjung ke Jateng tak hanya ke daya tarik wisata (DTW), melainkan ke event atau festival tahunan.

“Sekarang kan wisatawan tidak mesti kunjungan ke DTW, tapi juga mengunjungi event atau festival. Sport tourism itu juga menjadi target kunjungan wisatawan, sehingga kita berani menargetkan 60 juta,” jelas Agung saat beritajateng.tv hubungi, Selasa, 9 Januari 2024.

Sebenarnya, Jawa Tengah telah memiliki beberapa sport tourism. Adapun pariwisata olahraga yang ia maksud ialah Borobudur Marathon (Bormar), Tour de Borobudur, Mesastila, Duathlon, dan Paralayang.

Kendati demikian, pihaknya akan menambah beberapa varian dan jenis pariwisata olahraga yang baru.

“Kita mau tambah lagi varian yang lain. Ada yang e-sport, lalu ada olahraga esktrem seperti skateboard itu juga akan kita garap,” tegasnya.

Lebih lanjut, Agung menyebut adanya sport tourism ini akan memberi dampak positif sampai ke lini bawah masyarakat atau warga sekitar.

Menurutnya, kontribusi dalam hal olahraga dinilai punya banyak peluang. Tidak sekadar menghadirkan prestasi, tapi juga memiliki kontribusi dari sisi ekonominya.

“Olahraga ini bukan hanya sekadar prestasi, tapi juga menjadi kontribusi dari sisi ekonominya. Kemasannya menjadi DTW sebagai suatu pertunjukan untuk jadi atraksi wisata,” jelasnya.

Menurutnya, wisata masyarakat saat ini tidak hanya ingin menyaksikan, namun juga ingin berpartisipasi.

Melalui sport tourism yang mengangkat olahraga sebagai tujuan utama, Hariyadi menyebut keterlibatan masyarakat secara langsung akan semakin besar. Sementara Borobudur Marathon masih menjadi andalan yang ia contohkan.

Ia menyebut, ketika salah satu atlet lari ikut bertanding, mereka akan mengajak istri, anak, juga keluarganya. Tentu hal ini, menurutnya, akan berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar.


“Di Borobudur Marathon kemarin semua hunian bahkan sampai ke homestay di Magelang full booking. Dari sini ada roda ekonomi, inilah yang menjadi target kenapa kita mengangkat sport tourism, karena dampak peningkatan ekonominya sangat luar biasa,” bebernya.

Contoh lain, event Paralayang di Gunung Gajah, Kabupaten Semarang. Adanya pariwisata olahraga tersebut bisa membangkitkan desa wisata daerah terkait. Masyarakat menyulap rumah mereka untuk dijadikan home stay. Kemudian, makanan lokal di sana juga ikut terekspos.

“Kalau spot alam untuk olahraga, nanti pemberdayaan masyarakat pun maju. Wisatawan akan kumpul di situ, mereka butuh sarapan, penginapan, dan lain-lain. Ekonomi desa pun tumbuh, inilah konsep sport tourism, dengan olahraga bisa jadi destinasi wisata berbasis olahraga,” tandas Agung. (*)

Editor: Mu’ammar Rahma Qadafi